NonstopNews – Ekonomi – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) dibuka menguat signifikan pada Kamis (28/11), berada di angka Rp15.856 per USD. Penguatan ini mencapai 79 poin atau 0,50 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya. Kenaikan ini cukup mengejutkan pasar dan memicu spekulasi berbagai faktor pendorong.
Related Post
Mata uang Garuda menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan beberapa mata uang Asia lainnya. Peso Filipina dan baht Thailand mencatat penguatan tipis, masing-masing 0,01 persen dan 0,06 persen. Ringgit Malaysia dan yuan China juga menguat, sebesar 0,08 persen dan 0,03 persen. Sebaliknya, won Korea Selatan melemah 0,17 persen, sementara dolar Singapura, yen Jepang, dan dolar Hong Kong mengalami penurunan yang relatif kecil.
Pergerakan mata uang negara maju juga beragam. Poundsterling Inggris dan euro Eropa menunjukan pelemahan, masing-masing 0,04 persen dan 0,10 persen. Franc Swiss juga terdepresiasi sebesar 0,14 persen. Namun, dolar Australia dan dolar Kanada justru menguat, dengan peningkatan 0,12 persen dan 0,13 persen.
Analis pasar uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengaitkan penguatan rupiah dengan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah. Ia menilai, kesepakatan ini memberikan sentimen positif yang menekan dolar AS. "Data ekonomi PCE AS yang sesuai perkiraan dan risalah pertemuan FOMC yang tidak mengejutkan juga turut berkontribusi," tambah Lukman. Ia memprediksi pergerakan rupiah akan berada di kisaran Rp15.800 hingga Rp15.950 per USD sepanjang hari ini. Penguatan ini menjadi angin segar bagi perekonomian Indonesia di tengah dinamika global yang masih fluktuatif.
Tinggalkan komentar