NonstopNews – Ekonomi – Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali dengan rencana besar untuk menjaga roda perekonomian Negeri Paman Sam di periode 2025-2028. Berbagai gagasan kontroversial, namun berpotensi mendongkrak perekonomian, kembali disiapkan. Dari keringanan pajak hingga perang tarif, Trump siap beraksi. Berikut strategi jitu yang akan diterapkan:
Related Post
-
Pajak: Reformasi Besar-besaran: Trump berencana melanjutkan pemotongan pajak yang dimulai pada 2017, termasuk memperpanjang Undang-Undang Pemotongan Pajak dan Lapangan Kerja (Tax Cut and Jobs Act/TCJA). Ini berarti penurunan Pajak Penghasilan Badan dari 35% menjadi 21% akan dipertahankan, bahkan ada wacana penurunan lebih lanjut menjadi 15% untuk perusahaan tertentu. Selain itu, peningkatan deduksi standar, tarif pajak penghasilan marjinal yang lebih rendah, dan peningkatan pembebasan pajak perkebunan juga menjadi bagian dari rencana ini. Trump juga ingin menghapus batasan pemotongan pajak negara bagian dan lokal (SALT) yang saat ini dibatasi hingga US$10.000. Perusahaan juga akan kembali diizinkan mengurangi investasi dalam peralatan dan penelitian secara langsung.
-
Tarif Pajak: Keringanan dan Penghapusan? Trump menargetkan keringanan pajak yang lebih spesifik. Ia berencana menghapus pajak federal untuk tip, tunjangan jaminan sosial, dan upah lembur. Meskipun detailnya masih samar, penghapusan pajak penghasilan federal dan pajak gaji yang mendanai Jaminan Sosial dan Medicare menjadi wacana yang mengemuka. Langkah ini berpotensi mengurangi pendapatan negara, namun diklaim akan memberikan keringanan bagi kelas pekerja.
-
Menolong Kelas Menengah: Trump juga menyiapkan sejumlah program untuk membantu warga AS memenuhi kebutuhan hidup. Pembatasan suku bunga kartu kredit hingga sekitar 10%, pengurangan pajak atas bunga kredit mobil, dan peningkatan kredit pajak anak hingga US$5.000 per anak, menjadi beberapa poin penting. Ia juga berencana mendorong kredit pajak bagi pengasuh keluarga dan meningkatkan akses perawatan di rumah.
Rencana-rencana ini, meskipun diklaim akan mendorong pertumbuhan ekonomi, potensial menimbulkan kontroversi dan debat di tingkat global. Dampak jangka panjangnya masih perlu dikaji lebih mendalam. Apakah strategi ini akan sukses mengulang kesuksesan ekonomi di masa pemerintahan pertamanya, atau justru menimbulkan gejolak baru? Kita tunggu saja.
Tinggalkan komentar