NonstopNews – Ekonomi – Perundingan alot antara Uni Eropa (UE) dan China terkait tarif impor mobil listrik masih menemui jalan buntu. Meskipun negosiasi telah berlangsung selama 50 jam di Brussel, belum ada kesepakatan yang tercapai. Direktur Jenderal Perdagangan UE, Sabine Weyand, membantah kabar yang beredar sebelumnya tentang kesepakatan yang sudah dekat. Ia menegaskan bahwa diskusi memang konstruktif, namun sejumlah isu struktural masih mengganjal.
Related Post
Perundingan alot ini bermula dari penyelidikan anti-subsidi selama setahun oleh Komisi Eropa. Penyelidikan tersebut menemukan subsidi besar-besaran dari pemerintah China untuk sektor kendaraan listriknya. Hal ini membuat UE memberlakukan bea masuk imbalan atas impor mobil listrik China pada akhir Oktober 2024. UE khawatir subsidi tersebut akan membuat produk China membanjiri pasar Eropa dengan harga murah dan merugikan industri dalam negeri.
Tarif yang dibebankan pun menjadi titik perdebatan sengit. Tarif bervariasi, mulai dari 35,3 persen untuk SAIC (perusahaan BUMN China) hingga 7 persen untuk Tesla. Beberapa negara anggota UE, seperti Jerman, Swedia, dan Spanyol, mendesak Komisi Eropa untuk mencapai kesepakatan dengan pengurangan tarif sebagai kompensasi atas komitmen perusahaan China untuk menetapkan harga minimum di pasar UE.
Perselisihan ini tak hanya berhenti di sektor mobil listrik. China membalas dengan penyelidikan anti-dumping terhadap produk ekspor UE, seperti brendi, produk susu, dan daging babi. Pada Oktober lalu, China bahkan telah memberlakukan bea masuk anti-dumping sementara terhadap brendi UE, yang sebagian besar berasal dari Prancis. Langkah ini dianggap sebagai balasan atas sikap UE terkait tarif mobil listrik. Perang dagang antara dua kekuatan ekonomi dunia ini pun semakin memanas dan belum terlihat titik terang penyelesaiannya.
Tinggalkan komentar