NonstopNews – Ekonomi – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memasuki usia ke-13 pada November ini. Di usia remaja ini, lembaga pengawas sektor jasa keuangan tersebut menghadapi berbagai tantangan besar. Selama 13 tahun berkiprah, OJK telah berjibaku mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui berbagai upaya, mulai dari pengawasan ketat, perlindungan konsumen, edukasi finansial, hingga pengembangan sektor jasa keuangan.
Related Post
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza Adityaswara, mengungkapkan fokus utama OJK saat ini adalah peningkatan literasi dan inklusi keuangan. Meskipun terjadi peningkatan, kesenjangan antar sektor masih menganga lebar. Literasi dan inklusi keuangan lebih dominan di sektor perbankan, sementara sektor asuransi, dana pensiun, dan pasar modal masih tertinggal. Ini menjadi tantangan besar dalam mengedukasi masyarakat tentang risiko dan manfaat produk keuangan non-bank. "Kami terus mendorong edukasi keuangan di sektor non-perbankan agar masyarakat lebih memahami berbagai produk keuangan yang tersedia," tegas Mirza dalam program nonstopnews.id TV ‘Indonesia Forward’.
Selain itu, OJK menghadapi kebutuhan mendesak akan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Tugas tambahan pengawasan aset kripto, koperasi simpan pinjam, bursa karbon, dan lembaga pembiayaan—sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK) atau Omnibus Law Keuangan—membutuhkan tenaga ahli yang memadai. "OJK ini tugasnya banyak, maka sumber daya manusianya juga harus banyak," ujarnya.
Penguatan kelembagaan juga menjadi prioritas. OJK mendelegasikan wewenang dari pusat ke kantor daerah untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan efektivitas pengawasan, termasuk pengawasan BPR, lembaga pembiayaan, dan iklan produk jasa keuangan di daerah. Langkah ini bertujuan mendekatkan layanan OJK kepada masyarakat. "Sekarang ini yang kami sedang lakukan, yakni pendelegasian wewenang dari OJK pusat ke OJK daerah. Itu kami lakukan dalam rangka penguatan OJK daerah," jelas Mirza.
Ke depan, OJK akan menggenjot pengembangan produk keuangan inovatif. Di pasar modal, OJK mendorong diversifikasi produk investasi. Sementara di perbankan, OJK berkolaborasi dengan Bank Indonesia untuk menciptakan instrumen lindung nilai (hedging) yang lebih kompetitif. Transformasi digital juga menjadi agenda utama, dengan fokus pada percepatan digitalisasi layanan keuangan, peningkatan integrasi data, dan penyederhanaan proses perizinan.
Dengan komitmen kuat selama 13 tahun menjaga stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia, OJK optimis mampu berkontribusi lebih besar bagi perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. "Dengan mandat besar dari negara, OJK harus terus siap. Transformasi dan pengembangan kapasitas akan menjadi pondasi utama untuk menghadapi tantangan masa depan," pungkas Mirza.
Tinggalkan komentar